Tantangan pertama (Workshop)
Saat workshop berlangsung muncul beberapa tantangan diantaranya:
1. Spesifikasi laptop peserta. Rata-rata yang ditemukan laptop peserta
seperti laptop kantoran. Layaknya RAM mulai 2GB — 4GB dengan Hard disk drive
bukan Solid state drive dan dengan OS Windows (OS bukan masalah terlalu besar
di bagian ini (mungkin)). Bagi anda seorang developer mobile dengan spesifikasi
laptop tersebut harus membuat anda ekstra bersabarketika membuka
IDE seperti Android Studio. Ditambah dengan mendownload library saat membuat
project dan mengunduh sesuatu menggunakan Gradle yang kadang
terasa lie-fi bagi saya. Ditambah pula menjalankan emulator
murni dari Android yang disediakan oleh Android Studio dengan spesifikasi
laptop di atas (Saat ini anda bisa mencoba Nox emulator sebagai emulator yang
ringan untuk men-test aplikasi Android anda).
2. Peserta belum paham dengan bahasa pemrograman Java. Saya rasa ini perlu
dimaklumi karena latar belakang peserta adalah mahasiswa yang baru masuk
perkuliahan alias maba dengan lulusan SMA / SMK. Jika anda lulusan SMK anda
beruntung karena anda sudah pernah berhadapan dengan bahasa pemrograman.
Jika anda ingin belajar bahasa pemrograman Java silahkan cari di
Udacity Intro Java Programming & Object
Oriented Java. Ingat yang namanya belajar hal baru itu tidak
gampang, jadi harap bersabar. :)
3. Sebagian peserta belum menginstall tools untuk membuat aplikasi Android
(JDK, Android SDK, Android Studio dan emulator) dan belum mencoba mengetest
apakah Android Studio berjalan dengan baik dengan mencoba membuat Hello World
Application pertama kali. Jadi, waktu workshop semakin lama selesainya.
Solusi
1. Silahkan ikut gerakan Indonesia
Android Kejar yang terbagi menjadi 3 level (Beginner,
Intermediate dan Advance).
2. Bagi anda yang ingin menjadi seorang Android developer, mari sisihkan
uang saku anda untuk mengganti spare part laptop anda (RAM diupgrade ke 8 GB
dan ganti ke SSD 256 GB bukan 128 GB) atau mengganti ke laptop
baru seperti Macbook Pro atau Macbook Air. Jangan sisihkan uang saku
anda hanya untuk membeli gadget yang aduhai tetapi laptop anda masih kantoran.
Untuk processor laptop saya sarankan Intel mulai dari core i3 — core i7 yang
mulai dari tahun 2014. Kenapa tahun 2014? Karena saya menggunakan laptop dengan
core i3 generasi keempat, RAM 8 GB dan SSD 128 GB (silahkan upgrade SSD ke 256
GB karena 128 GB itu tidak cukup demi kenyamanan anda)
3. Mari bergabung di komunitas atau media pembelajaran untuk berdiskusi
tentang hal-hal teknis yang anda alami saat mendevelop program. Rekomendasi
saya: Code Android Indonesia, Bali Android
Developers, CodePolitan.
Tantangan kedua (developer)
Bagi anda seorang Android developer yang sudah berpengalaman pastinya ingin
memberikan aplikasi kepada pengguna dengan kriteria seperti berikut:
1. UI yang sesuai dengan OS mobile pengguna
2. UX yang benar-benar UX
3. Menyesuaikan layar mulai dari phone sampai tablet.
4. Size aplikasi anda relatif kecil (5–10 MB) << poin krusial.
Untuk memenuhi hal tersebut anda harus:
1. Mempersiapkan senjata canggih anda (laptop yang sesuai / melampaui
kriteria disertai dengan smartphone anda untuk testing yang sesungguhnya).
2. Mempelajari bahasa pemrograman. Android (Java / Kotlin), iOS (Objective
C / Swift).
3. Dan hal-hal lain yang belum saya ketahui.
Biasanya pada poin kedua merupakan momok sebagian besar dari anda. Karena,
saya amati banyak yang ingin semacam shortcut untuk mempelajari 1 bahasa
seperti JavaScript untuk menciptakan aplikasi di iOS dan Android. Bisa saja
anda menggunakan Ionic (WebView yang dibungkus dengan cordova) atau React
Native yang disediakan facebook. Namun, apakah benar-benar mampu melampaui real
UX dari yang menggunakan 1 bahasa untuk 1 platform (Java/Kotlin X Android)
(Objective C/Swift)? Saya mendapatkan sebuah artikel menarik yakni WORA, Write Once Run Away sebagai bahan pertimbangan bagi
anda belum memutuskan menggunakan Ionic, React Native atau pure Native.
Tantangan (End User)
1. User Budget > Smartphone > Storage. Kita tidak tahu seberapa besar
penyimpanan internal di smartphone user dan bisa jadi mereka tidak bisa
mendowload aplikasi kita karena internal storage mereka terbatas atau ukuran
aplikasi yang kita buat besar. Meskipun bisa di root atau bisa diatur untuk
diarahkan ke penyimpanan eksternal namun tidak semua Android OS dan vendor
memberi perlakuan seperti itu.
Solusi (End User)
1. Anda bisa mencoba Android Instant Apps, membuat kodingan anda rapi
dengan MVP dan menggunakan Kotlin. Mengapa Kotlin? Karena saya lihat kodingan
yang dituliskan dengan Kotlin lebih sedikit dibanding Java, sehingga menaikkan
kemungkinan ukuran aplikasi anda semakin kecil.
2. Atau anda bisa menggunakan Progressive Web Apps.
Sumber : https://medium.com/@satyakresna/tantangan-menjadi-android-developer-b19e33c683f1
Sumber : https://medium.com/@satyakresna/tantangan-menjadi-android-developer-b19e33c683f1
0 komentar:
Posting Komentar